June 3, 2025

Vue.js

Perjalanan Karir Saya sebagai Frontend Developer

Setiap orang punya jalur karir yang unik — dan inilah cerita saya.

Saya memulai perjalanan di dunia software engineering bukan langsung sebagai frontend developer. Justru, saya mengawali dari backend developer. Saat itu saya lebih sering berkutat dengan API, database, dan business logic di balik layar. Tapi seiring waktu, rasa penasaran saya terhadap dunia UI/UX dan interaksi pengguna makin besar.

Akhirnya, saya memberanikan diri untuk pindah haluan: fokus di frontend. Yang mana kebetulan waktu itu, teknologi frontend sedang berkembang pesat. Framework seperti Vue.js dan React mulai populer, dan saya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk terjun ke dunia yang lebih visual dan interaktif. Plus, di tempat saya bekerja, ada banyak proyek yang membutuhkan keahlian frontend.

Dari Backend ke Frontend

Transisi ini tidak selalu mulus. Di backend, saya terbiasa dengan struktur dan alur data yang relatif stabil. Tapi di frontend, saya harus mulai berpikir lebih visual dan interaktif. Mulai dari memahami DOM, CSS, reactivity, hingga rendering performance — semua terasa seperti dunia baru.

Framework pertama yang benar-benar saya pelajari secara mendalam adalah Vue.js. Saat itu Vue terasa sangat intuitif dan mudah dipelajari. Saya suka bagaimana struktur komponennya jelas, dan bagaimana pendekatan data-reactive-nya mempermudah banyak hal dan v-model membuat binding data jadi sangat mudah.

Setelah cukup nyaman di Vue, saya juga mulai mendalami React untuk memperluas perspektif. Sekarang saya merasa dua-duanya punya kelebihan masing-masing, dan keduanya sering saya gunakan di proyek berbeda.

Kenapa Saya Bertahan di Frontend?

Frontend itu dinamis. Dunia frontend cepat berubah, dan kadang memang bikin pusing. Tapi justru itu yang bikin saya betah: selalu ada hal baru yang bisa dipelajari, dicoba, dan dioptimalkan. Mulai dari framework baru, teknik styling seperti Tailwind CSS, atau pattern arsitektur seperti Atomic Design dan lainnya.

Yang paling memuaskan dari kerja di frontend adalah ketika kita bisa melihat langsung hasil kerja kita — dan tahu bahwa hal kecil seperti "loading state yang halus" atau "form yang ramah pengguna" bisa membuat pengalaman pengguna jauh lebih baik.

Teknologi yang Saya Gunakan Sehari-hari

Seiring waktu, saya mulai mengembangkan style dan tools favorit sendiri. Saat ini, stack yang paling sering saya pakai meliputi:

  • Vue 3 / Nuxt 3 untuk proyek yang butuh struktur yang rapi dan SSR-ready.
  • React / Next.js untuk proyek yang mengandalkan ekosistem besar dan fleksibilitas tinggi.
  • Tailwind CSS untuk styling cepat, konsisten, dan scalable.
  • TypeScript untuk menjaga kualitas code dan mengurangi bug saat scaling.
  • shadcn/ui untuk komponen UI yang mudah digunakan, gampang di-custom, dan tetap menjaga konsistensi desain.
  • motion untuk membuat animasi yang halus dan menarik.

Saya juga cukup rajin mengotak-atik tooling: dari bundler, CI/CD, hingga performance profiling.

Apa yang Saya Pelajari dari Perjalanan Ini

Beberapa hal penting yang saya pelajari sejauh ini:

  • Coding itu penting, tapi komunikasi juga. Terutama saat bekerja dalam tim.
  • Jangan fanatik sama tools. Setiap proyek punya kebutuhan sendiri. Pilih tools yang sesuai.
  • Terus belajar dan eksplorasi. Dunia frontend terlalu cepat berubah untuk merasa nyaman di zona aman.
  • Dokumentasikan prosesmu. Bahkan kesalahan bisa jadi pelajaran berharga kalau dicatat.

Penutup

Saya nggak bilang perjalanan ini mudah. Tapi saya bisa bilang dengan yakin: saya menikmati setiap prosesnya. Dan lewat blog ini, saya ingin membagikan apa yang saya pelajari — siapa tahu bisa membantu, menginspirasi, atau sekadar menemani kamu yang sedang ada di jalur yang sama.

Kalau kamu punya cerita serupa atau ingin ngobrol seputar frontend, feel free buat reach out! Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ✌️.